La Tahzan For Sick

on Sabtu, 13 Februari 2016
Assalamu’alaikum..
       
       Teman-teman, kali ini saya akan menyampaikan sedikit tentang salah satu ujian keimanan yang bernama sakit. Semoga berguna bagi kalian semua..

       Sakit merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah kepada hambanya. Dengan ujian tersebut Allah memebrikan hal yang terbaik bagi diri kita. Rasulullah bersabda : “Jika Allah menghendaki kebaikan pada seseorang maka Dia akan memberinya ujian.”(HR. Bukhori)

       Kebaikan tersebut lahir dari sikap sabar dalam jiwa, tabah dalam menghadapi musibah, dan menerima ketentuan Allah dengan ikhlas. Karena, pada hakikatnya semua yaag ditentukan Allah adalah yang terbaik bagi kita.

       Sebagai seorang beriman, tidak sepatutnya kita menyalahkan keadaan. Sebab, pada hakikatnya setiap keadaan adalah peluang bagi kita. Kebahagiaan atau musibah yang kita dapatkan sama-sama akan mendatangkan kebaikan. Inilah sikap mental yang diajarkan Rosulullah kepada kita.

     Teman-teman, selain dapat mendatangkan kebaikan, sakit juga merupakan sarana yang digunakan Allah untuk mengangkat derajat hambanya. Tidaklah seorang Muslim tersusuk duri atau selainnya, kata Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim, kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu kesalahan.

     Hal ini dikarenakan aLlah telah menetapkan derajat yang tinggi di surge bagi sebagian manusia. Akan tetapi, ia malas-malasan dalam beramal shalih. Sehingga Allah pun menimpakan sakit kepadanya agar ia bias memperoleh kedudukan yang Allah tentukan untuknya.

     Sakit juga merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Dengan sakit Allah menegur kita. Dia mengingatkan betapa kita adalah hamba yang lemah yang tidak selayaknya untuk berlebih-lebihan. Banyak orang tertipu dengan kesehatan dan waktu luang yang ia miliki. Hal itu karena ia tidak mengambil manfaat dari kesehatan dan waktunya. 

     Nah, dengan sakit, Allah menyadarkan mereka. Dihadapan Allah orang sakit bukanlah orang yang hina. Bahkan, ia memiliki kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Ia mendapatkan penghormatan dari Allah. Maka dari itu, orang yang sakit sudah sepatutnya untuk berbahagia. Bukan malah bersedih.

     Dengan demikian, maka dapat disimpulakan bahwa kesehatan belum tentu menjadi keridhaan Allah. Tetapi, bukti ridha Allah adalah istiqomah dalam agama dan bersungguh-sungguh menaati perintah-Nya. Oleh karena itu, sakit yang kita alami tidak usah disesali, tapi harus disyukuri.

     Teman-teman ketahuilah bahwa Allah sudah memberikan banyak kabar gembira bagi orang yang sakit. Diantaranya :
1.   Sakit sebagai penghapus dosa-dosa kota.
2.  Dengan sakit Allah menyadarkan kita agar terus istiqomah dan kembali ke jalan Allah.
3.  Allah mencintai orang-orang yang sakit.
4.  Sakit dapat mendatangkan pahala amal shalih yang biasa dilakukan ketika sehat.
5.  Akan mendapatkan tambahan pahala di hari kiamat kelak.
6.  Sebagai sarana masuk surga.
7.  Sebagai sarana mencapai tingkatan yang tinggi di surge karena kita dapat bersabar menghadapi sakit itu.

     Nah, teman-teman bagaimana? Luar biasa bukan ?  maka dari pada itu, jangan cemas, dan jangan bersedih jika kalian sakit. Tetapi, Tersenyum dan berbahagialah.

Wassalamu’alaikum.

Referensi : Buku La Tahzan For Sick

kata saya ?

on Sabtu, 06 Februari 2016
Anyeonghaseo..

Kali ini aku mau berbagi MOTIVASI yang telah ku dapat dari perjalanan hidupku, hehe .. :D
Semoga bermanfaat.
  • La Takhof Wa La Tahzan Innallaha Ma'ana.
  • Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hambaNya.
  • Allah tidak memintamu untuk berhasil, tapi Allah memintamu untuk berusaha,belajar dan pantang menyerah.
  • Hidup ini tak semudah apa yang kamu bayangkan. Semua cobaan hadapilah dan nimatilah. Semua pasti ada hikmahnya.
  • Allah memberikan cobaan kepada hambanya karena Allah sayang sama kamu. Maka bersabarlah, tetap semangat.
  • Perjuanganmu tak akan sia-sia jika kamu melakukannya dengan ikhlas.
  • Semua berada ditanganmu, bisa gak bisa lakukanlah.
  • Janganlah bergantung pada orang lain, jadilah dirimu sendiri.
  • Diam itu baik tergantung dimana kamu menempatkannya.
  • Kamu lebih dari apa yang kamu bayangkan. Kamu pasti bisa!
  • Jangan berfikir gimana hasilnya nanti. laksanakanlah dulu!
  • Lebih baik diam (mengalah walau tak bersalah) daripada bicara (menambah masalah).
  • Tetap tenang, Jalani Skenario ALLAH.
  • Di dunia ini diniati cari Ridlo Allah jangan lainnya.
  • Iso ora iso lakonono. Diniati cari ilmu bukan lainnya.
  • Kesadaran itu tumbuh dari lubuk hati setiap insan itu sendiri.
  • Berjuanglah dijalan Allah, jangan hiraukan bagaimana sulitnya itu.
  • Sabar adalah salah satu kuncinya.
  • Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
  • Jadikan kelebihanmu sebagai penutup kekuranganmu.
  • Setiap manusia pasti punya kelebihan dan kekurangan.
  • Tinggal bagaimana menyikapinya.
  • Kemampuan seseorang itu beda-beda. Belajarlah semampunya jangan dipaksakan.
  • Jangan sesali apa yang sudah terjadi.
  • Semangat untuk kebaikan. Walau pahit rasanya.
  • Janganlah lelah untuk mengingatkan sesama.
  • Jadilah manusia kritis. Boleh mencela asalkan ada solusinya.
  • Biasa karena terbiasa
  • Semua terasa luar biasa, jika ada rasa kasih sayang dengan sesama. Karena Damai itu Indah. 
  • Tak ada kata salah untuk KEBAIKAN.
#perJuli2015



Himmah Aliyah

   


   Himmah Aliyah adalah kemauan dan cita-cita yang tinggi. Ibnu Qoyyim berkata, “Himmah adalah pangkal kehendak dan mengkhususkan pada batas akhir kehendaknya”. Seharusnya, setiap insan memiliki cita-cita setinggi mungkin, kehendak yang kuat untuk mencapai sesuatu akhir yang memuaskan.

   Himmah aliyah selalu dimiliki oleh orang-orang sukses. Seorang ustad, kyai, dan ulama yang terkenal alim pasti memiliki cita-cita yang ia bangun sejak kecil atay mungkin sudah mereka tekadkan mulai remaja. Cita-cita ini akan membimbingnya mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan erat dengan apa yang ia impikan.

   Suatu ketika, Abdullah bin umar, Urwah bin Az zubair, Mush’ab bin Az Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan pernah berkumpul di halaman ka’bah. Meraka berbincang-bincang tentang impian mereka. Mush’ab berkata kepadamereka, “Bercita-citalah kalian!” Mereka mengatakan, “Mulailah ari kamu!” Mush’ab berkata, “Menjadi Gubernur Irak dan menikahi Sakinah putri Al Husain serta “Aisyah binti Thalhah bin Ubaidillah.” Ternyata, ia meraih angan-angannya itu, ia memberi mahar kepada masing-masing wanita yang dinikahinya sejumlah 500 ribu dirham, dan perlengkapan sepeti itu juga. Sedangkan, Urwah bin Az ubair bercita-cita menguasai fiqh dan meriwayatkan hadis, ternyata yang ia impikan tercapai. Abdul Malik bercita-cita menjadi Khalifah, terrnya juga dapat meraihnya. Sedangkan Ibnu Unar menginginkan surga.

   Cerita ini menunjukkanbetapa dahsyatnya cita-cita. Sebuah imoian yang menjadi kenyataan tentu diikuti oleh tindakan untuk meraihnya. Dan, betapa banyak cerita-cerita kesuksesan lainnya yang berasal dari HIMMAH ALIYAH, sebuah keinginan, kemauan, kehendak, impian, dan cita-cita yang tinggi.

   Maka, sang pemenang adalah ia yang selalu memiliki HIMMAH ALIYAH dan mampu memperjuangkannya. Sedangkan, seorang pecundang adalah ia yang tidak memiliki cita-cita apapun dalam hidupnya atau ia yang memiliki cita-cita, namun tidak memiliki kemauan untuk mencapainya. Cita-citanya jatuh pada angan-angan kosong belaka.

   Ibarat menaiki sebuah tangga, HIMMAH ALIYAH adalah tangga pertama. Kesuksesan menaiki sebuah tangga selalu ditandai oleh kesuksesan menapakkan kaki ditangga pertama. Bila melangkah ketangga pertama saja tidak mau, apalagi tangga=tangga selanjutnya, yang lebih tinggi dan menanjak jauh yang membutuhkan tenaga lebih, semangat lebih, dan kemauan yang lebih besar pula.
Ingatkah ketika orang tua kita menanamkan HIMMAH ALIYAH ini sejak kecil. Ingatkah ketika kita diajari orang tua kita bila menjawab sebuah pertanyaan, “Besok kalau sudah besar ingin menjadi apa?” sebagian kita pasti menjawab, “ingin jadi dokter,” atau, “ingin jadi presiden,” dan sebagainya.

   Itulah pelajaran penanaman cita-cita pertama yang kita terima dari orang tua dan disekeliling kita. Meskipun saat kita belum mengetahui apa itu dokter, presiden, guru dan sebagainya. Kita belum paham pekerjaan mereka dan bagaimana cara untuk menjadi seperti mereka. Kita ketahui saat kita kecil adalah setiap anak harus mempunyi cita-cita. Bila ditanya oleh siapa saja dengan lantang kita akan menjawabnya.

   Namun, setelah menginjak dewasa, kita sering lupa semangat dan lantangnya kita dulu. Kita sibuk dengan urusan-urusan yang lain seperti belajar, bermain, dan melupakan hal yang kecil yaitu mengingat kembali cita-cita yang diinginka, semakin kita mengingat, semakin besar pula semangat kita untuk mencapa cita-cita kita.

   Bila kalian lupa dengan cita-cita masa kecil kalian. Mulailah dari sekarang untuk mengingatnya kelmbali atau merumuskan kembali cita-cita terbesar kalian. Cita-cita yang akan kalian perjuangkan sebelum batas waktu tiba. Hal ini sangat penting, khususnya bagi para pelajar yang masih di bangku sekolah, sangat bodoh jika seorang siswa tak mempunyai cita-cita. Bila cita-cita belum punya, lalu apa artinya belajar di sekolah? Bukankah hasil paling nyata dan proses belajar adalah bisa menyebutkan cita-citanya, mengerti kemana arah yang akan dilewati? Bila setelah selesai sekolah kita tidak tahu akan kemana, maka gagallah semua proses pendidikan kita.


   Merumuskan cita-cita tidak memerlukan biaya. Mulailah rumuskan cita-cita kalian , gambarlah masa depanmu karena suksesnya tidaknya berada pada dirimu bukan orang lain.

Referensi : Buku La Tahzan for Students

Fokus pada Tujuan

on Jumat, 29 Januari 2016
   Orang yang sukses adalah orang yang memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya dan memiliki ribuan jalan untuk mencapainya. Tujuan yang jelas ibarat terminal akhir yang hendak dicapai. Untuk menuju terminal itu, kita tahu banyak jalan dan jangan hanya satu jalan. Pepatah mengatakan “banyak jalan menuju Roma” artinya, semakin banyak jalan utnuk sampai pada tujuan, semakin besar peluang untuk mencapai tujuan.  Satu jalan buntu, bisa menumpuh jalan lain, hingga akhirnya kita sampai pada tujuan yang dimaksud.

   Sayangnya, mayoritas orang jarang memikirkan tujuan hidupnya, entah bersifat duniawi atau ukhrowi. Memikirkan saja tidak pernah, apalagi menulisnya. Padahal, jelas tidaknya tujuan hidup akan lebih mempermudah kita merumuskan segala sesuatunya.

   Fokus pada tujuan adalah formula terpenting dari kesuksesan. Kunci fokus terletak pada niat yang konsentrasi. Maksudnya niat yang benar-benar tergambar dengan jelas. Yang lebih mendatangkan manfaat daripada madhorotnya. Dapat dimengerti bahwa niat mendapatkan kedudukan penting. Namun sayangnya, mayoritas manusia menganggap niat hanya sepele, hal yang kecil. Padahal dari niatlah segala sesuatu bisa terjadi. Niat adalah tangga pertama menuju kesuksesan.tidak ada sebuah cerita seseorang sukses tanpa niat yang jelas.

   Niat akan membangkitka semangat. Dan semangat adalah energi potensial dan kinetik yang dahsyat yang dapat menggerakkan manusia untuk menghancurkan segala rintang menghadang. Menanamkan niat dalan hati, mengingat-ingat terus menerus, atau bahkan ditulis dalam kertas lalu ditempel, itulah formula meraih kesuksesan.

   Tanpa niat berarti hidup tak menginginkan apa-apa. Meskipun kita mempunyai mimpi dan cita-cita , namun tanpa ada niat untuk mencapainya, kesuksesan itu hanya menjadi bayang-bayang mimpi yang tak ada artinya, tak akan menjadi sesuatu yang nyata.


   Maka tanamkan niat dalam hatimu, fokuslah pada tujuan hidupmu, dan carilah jalan untuk meraihnya karena dengan itu semua, kesuksesan akan mudah dicapai, bahkan sangat mudah sekali. Ujian dan rintangan menjadi tak berarti bagi orang yang memiliki niat kuat dihatinya, semangat membara didadanya, serta optimisme dalam pancaran matanya.


Referensi : Buku La tahzan For Students

Mahkota Kezuhudan

   Definisi kezuhudan adah berpaling dari keinginan terhadap suatu hal ke hal yang lebih baik.  Berpaling dari hal yang berorientasikan dunia ke hal yang berorientasikan akherat. Berpaling menuju pada niat untuk mencari ridha Allah.

   

Banyak orang yang melakukan kesalahan dalam hidupnya, termasuk kesalahan dalam menentukan orientasi hidup. Banyak orang yang mengartikan salah pada pekerjaan. Siang malam bekerja hanya untuk dunia. Bekerja hanya ingin mendapatkan kesenangan dunia saja. Terkadang, penyakit ini terjadi pada siswa, mereka belajar hanya untuk mengejar nilai, belajar hanya untuk mengejar kepandaian, untuk mencari popularitas semata.pelajar seperti inilah yang buta  terhadap substansi dari proses belajar.

   Inilah pentingnya mahkota kezuhudan bagi para pelajar, karena zuhud berkaitan dengan self understanding  terhadap dunianya, terhadap hidupnya, arah langkahnya, dan orientasi perilakunya. Maka ada dua dikotomi dasar, yaitu orientasi dunia dan orientasi akherat.
Mengapa orang yang berorientasikan dunia dianggap bodoh? Jawabannya karenan dunia hanya sementara atau istilah dalam bahasa jawa “urip nyang ndunyo mok tingge mampir ngombe”. Sebaliknya di akherat yang pasti dan segala sesuatu yang ada disana kekal.

   Kamu bekerja untuk kaya itu mungkin, tapi kamu beribadah untuk mendapatkan surga itu pasti. Betapa bodohnya siswa yang belajar giat untuk mendapatkan nilai 9. Padahal,  dalam dunia nyata, yang dibutuhkan bukan angka, tetapi keahlian.nilai adalah parameter paling absurd untuk mengukur tingkat kepandaian seseorang.atau mungkin belajar hanya untuk mendapatkan pekerjaan, sekolah hanya untuk mendapatkan gelar. Padahal gelar adalah topeng yang menutupi muka asli manusia. Al mustaurid bin syaddad al fihriy meriwayatkan, bahwa Nabi bersabda :
   “Bila dibandingkan dengan akherat, dunia ini hanyalah air yang menempel di jari katika salah seorang dari kalian mencelupkannya di laut” (HR. Muslim).

   Zuhud bukanlah meninggalkan dunia dengan segala kebutuhnnya, tetapi lebih  lebih menempatkan kehidupan di dunia pada porsinya. Untuk mencapai kezuhudan, yang pertama dilakukan adalah, merubah pola fikir, yaitu merubah orientasi tujuan. Ukhrawikan semua pekerjaan dunia.  Dampaknya akan luar biasa ketika dunia tidak dijadikan pusat pikiran dan segala perhiasan tidak diletakkan di hati. Bila semuanya hilang, tidak disesali karena semuanya adalah titipan Allah semata.


   Bila mahkota kezuhudan berhasil dicapai, maka hidup akan menjadi terasa lapang tanpa kekhawatiran. Perilaku menjadi ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Siswa yang zuhud pun akan mudah dicintai karena ia bersedia membantu tanpa menyembunyikan ilmu yang dimlikinya. Baginya, dunia hanya ladang amal untuk diakherat. Dan semua itu akan dengan mudah ditinggalkan dengan cepat.


Referensi : Buku La Tahzan For Students

Mahkota kesyahidan

     Saya kagum dengan teman yamg selalu bersemangat setiap hari. Maka, suatu ketika saya bertanya, “ Wahai teman, apa yang membuatmu bersemangat setap hari? “ ia menjawab “Aku bersemangat karena kesuksesanku tinggal beberapa langkah lagi,” satu tahun kemudian,  saya bertemu dengannya lagi ia tetap seperti dulu bersemangat walau hidupnya tidak berubah. Saya kembali bertanya. “sudah satu tahun kita tak bertemu, tapi kelihatannya semangatmu tidak sirna.” Ia menjawab “kalau kamu tidak bersemangat hidup, lebih baik pergilah dari kehidupanmu sekarang”.
     
    Ada yang menarik dari makhluk Allah yang bernama “semangat”. Allah menanamkan jiwa semangat pada hati dan jiwa hambanya. Tentu tidak semua hambanya ingin, yang mau saja, yang punya niat saja, yang ditanamkan semangat oleh Allah. Hambanya yang menghendaki dirinya bersemangat , karena ada hamba yang tidak mau bersemagat, tidak tahu cara bersemangat, dan tidak mengerti bagaimana cara semangat itu.

     Lihatlah bagaimana semangat para sahabat untuk berjuang perang dijalan Allah. Sa’ad bn khaitsamah yang ikut perang badar bersama Rosulullah. Walaupun keluarganya ada yang sakit ia tetap ikut perang. Karena ia ingin mendapatkan kesyahidan pada kesempatan itu. Logika yang dibangun adalah kesyahidan, kesuksesan surga bisa didapat tanpa hisab. Para syuhada dijanjikan surga oleh Allah secara kontan. Bahkan, jenazahnya tidak perlu dimandian. Betapa mulianya sahabat alam perjuangan bersama Rosulullah.

     Sekarang, masa anda. Bukan lagi berjuang  dalam peperangan  fisik. Medan perangnya berbeda. Peperangan masa ini adalah perang melawan kebathian wacana, kapitalisme,liberalisme. Perang melawan ide-ide yang bertentangan dengan ajaran agama. Maka bersemangatlah. Minimal untuk merubah hidumu, mempersiapkan dirimu, berjuang bersama menegakkan ajaran islam.

     Dalam bahasa sederhana, syahid adalah akhir dari sebuah perjalanan da dibeli dengan pegorbanan. Saya yakin siswa bahwa mendambakan mahkota kesyahidan. Semua orang ingin akhir yang baik sebagai balasan dari perjuangannya. Karena diujung akhir ada kenikmatan dan kesenagan. Kenikmatan yang disimbolkan dengan suati tempat yang indah di surga.

     Maka bersemangatlah wahai para pelajar, sebagai siswa yang cerdas. Bersemangat menggapai mahkota kesyahidan dan satu-satunya syarat menggapainya dengan pengorbanan. Yakinlah bahwa pengorbananmu atas kesenangan-kesenangan hidup dengan meninggalkan waktu bermain demi belajar, merelakan waktu nonton tv untuk beribadah. Yakinlah bahwa semua akan mendapat balasannya. Bila kau mendapatkan predikat syahid, tidak hanya manusa di dunia yang menjunjungmu, tetapi malaikat juga bangga denganmu.


Referensi : La Tahzan For Student

Kecerdasan Seorang Bayi

on Kamis, 28 Januari 2016
   
Seorang bayi rata-rata pernah jayuh lebih dari 200 kali untuk bisa berjalan. Setiap jatuh, ia menangis sesaat, lalju bangkit lagi.  Mencoba berjalan. Belum kuat berjalan, maka ia akan merangkak, dan merangkak. Kemudian ia mencoba berdiri dan terjatuh lagi.. mencoba lagi dan jatuh lagi. Kali ini ia tidak menangis, ia langsung berdiri dan berpegangan, dan akhirnya bisa berdiri . walaupun sesaar, dan lihat bibirnya, bsyi itu tersenyum manis.


  Itulah kecerdasan bayi. Meskipun akalnya belum sempurna, matanya belum bisa membedakan warna, kakinya belum mampu menapaki jalan raya, namun jiwanya yang suci, yang belum tersentuh dosa, telang membimbingnya mencapai kecerdasan hakiki. Seorang bayi tidak pernah putus asa. Tidak ada ceritanya seorang bayi ngambek gak mau berjalan hanya karena terjatuh satu kali.


  Kecerdasan inilah yang harus terus dipelihara dan digali seiring pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia. Namun sayangnya, banyak anak-anak mulai mengenal sekolah, melupakan kecerdasan natural bawaan itu dan mengasah kecerdasan otak belaka. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan tidak putus asa walaupun sudah gagal berkali-kali. Kecerdasan seorang pembelajar sejati, yang terus mencoba, dan mencoba. Pembelajar yang terus belajar dan belajar sampai apa yang diinginkannya tercapai.


  Lihat saja kecerdasan bayi ketika belum bisa bicara, dan mau memulai belajar bicara. Untuk bisa mengatakan satu patah kata “bapak” atau “ibu”, ia menyerahkan seluruh kemampuannya, mengalahkan keterbatasan atas belum maksimalkerja pendengarannya,belum optimalnya kerja memori otaknya, dan keterbatasan pandangannya.dan lihatlah seorang ibu yang terus melatih, mengulang-ulang satu patah kata “ibu” atau “bapak” setiap hari tanpa mengenal lelah. Hingga akhirnya, sang anak bisa mengucapkannya.


  Itulah kecerdasan duplikasi. Kecerdasan untuk mencontoh dan meniru sekelilingnya. Kecerdasan duplikasi yang tak mengenal putus asa adalah rahasia kesuksesan pelajar, dengan satu syarat, bahwa segala hal yang ditiru adalah hal yang baik, hal yang positif. Inilah yang harus diperhatikan oleh para pendidik, bahwa mendidik bukan sekedar transfer ilmu, melainkan juga akhlak dan perilaku.


  Namun para guru sekarang lupa akan pentingnya kecerdasan emosi, mental, dan spiritual mereka. Parameter cerdas tidaknya siswa tidak hanya diukur dari angka” sehingga yang terjadi banyak anak-anak pintar secara intelektual tapi mudah putus asa, berbohong, dan tidak berperilaku baik. Mereka mudah terpengaruh zaman. Maka jangan salahkan jika mereka menjadi generasi yang rapuh,pembunuh, putus asa yang memilih bunuh diri untuk menghindari masalahnya.


  Tampaknya tak salah jika mengambil kesimpulan bahwa fenomena itu adalh prosuk dari pendidikan yang dilakukan selama ini. Bukan keberhasilan dalam pendidikan, tetapi kegagalan dalam pembentukan mental, emosi, dan karakter mereka. Bukan ketawadhu’an yang ditunjukkan, tetapi kesombongan dan kepongahan.. bukan kecerdasan seorang bayi yang diekspresikan, namun perilaku urakan yang tidak mengenal adab kesopanan dan agama.


  Seorang bayi adalah lambang kesucian. Berangsiapa ingin memperoleh kesuksesan, maka kembalilah “ menjadi bayi”- ingin kembali pada kesucian diri, kembali pada fitrah.

24-01-2016
Referensi : Buku La Tahzan For Student