Himmah Aliyah

on Sabtu, 06 Februari 2016
   


   Himmah Aliyah adalah kemauan dan cita-cita yang tinggi. Ibnu Qoyyim berkata, “Himmah adalah pangkal kehendak dan mengkhususkan pada batas akhir kehendaknya”. Seharusnya, setiap insan memiliki cita-cita setinggi mungkin, kehendak yang kuat untuk mencapai sesuatu akhir yang memuaskan.

   Himmah aliyah selalu dimiliki oleh orang-orang sukses. Seorang ustad, kyai, dan ulama yang terkenal alim pasti memiliki cita-cita yang ia bangun sejak kecil atay mungkin sudah mereka tekadkan mulai remaja. Cita-cita ini akan membimbingnya mengerjakan segala sesuatu yang berkaitan erat dengan apa yang ia impikan.

   Suatu ketika, Abdullah bin umar, Urwah bin Az zubair, Mush’ab bin Az Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan pernah berkumpul di halaman ka’bah. Meraka berbincang-bincang tentang impian mereka. Mush’ab berkata kepadamereka, “Bercita-citalah kalian!” Mereka mengatakan, “Mulailah ari kamu!” Mush’ab berkata, “Menjadi Gubernur Irak dan menikahi Sakinah putri Al Husain serta “Aisyah binti Thalhah bin Ubaidillah.” Ternyata, ia meraih angan-angannya itu, ia memberi mahar kepada masing-masing wanita yang dinikahinya sejumlah 500 ribu dirham, dan perlengkapan sepeti itu juga. Sedangkan, Urwah bin Az ubair bercita-cita menguasai fiqh dan meriwayatkan hadis, ternyata yang ia impikan tercapai. Abdul Malik bercita-cita menjadi Khalifah, terrnya juga dapat meraihnya. Sedangkan Ibnu Unar menginginkan surga.

   Cerita ini menunjukkanbetapa dahsyatnya cita-cita. Sebuah imoian yang menjadi kenyataan tentu diikuti oleh tindakan untuk meraihnya. Dan, betapa banyak cerita-cerita kesuksesan lainnya yang berasal dari HIMMAH ALIYAH, sebuah keinginan, kemauan, kehendak, impian, dan cita-cita yang tinggi.

   Maka, sang pemenang adalah ia yang selalu memiliki HIMMAH ALIYAH dan mampu memperjuangkannya. Sedangkan, seorang pecundang adalah ia yang tidak memiliki cita-cita apapun dalam hidupnya atau ia yang memiliki cita-cita, namun tidak memiliki kemauan untuk mencapainya. Cita-citanya jatuh pada angan-angan kosong belaka.

   Ibarat menaiki sebuah tangga, HIMMAH ALIYAH adalah tangga pertama. Kesuksesan menaiki sebuah tangga selalu ditandai oleh kesuksesan menapakkan kaki ditangga pertama. Bila melangkah ketangga pertama saja tidak mau, apalagi tangga=tangga selanjutnya, yang lebih tinggi dan menanjak jauh yang membutuhkan tenaga lebih, semangat lebih, dan kemauan yang lebih besar pula.
Ingatkah ketika orang tua kita menanamkan HIMMAH ALIYAH ini sejak kecil. Ingatkah ketika kita diajari orang tua kita bila menjawab sebuah pertanyaan, “Besok kalau sudah besar ingin menjadi apa?” sebagian kita pasti menjawab, “ingin jadi dokter,” atau, “ingin jadi presiden,” dan sebagainya.

   Itulah pelajaran penanaman cita-cita pertama yang kita terima dari orang tua dan disekeliling kita. Meskipun saat kita belum mengetahui apa itu dokter, presiden, guru dan sebagainya. Kita belum paham pekerjaan mereka dan bagaimana cara untuk menjadi seperti mereka. Kita ketahui saat kita kecil adalah setiap anak harus mempunyi cita-cita. Bila ditanya oleh siapa saja dengan lantang kita akan menjawabnya.

   Namun, setelah menginjak dewasa, kita sering lupa semangat dan lantangnya kita dulu. Kita sibuk dengan urusan-urusan yang lain seperti belajar, bermain, dan melupakan hal yang kecil yaitu mengingat kembali cita-cita yang diinginka, semakin kita mengingat, semakin besar pula semangat kita untuk mencapa cita-cita kita.

   Bila kalian lupa dengan cita-cita masa kecil kalian. Mulailah dari sekarang untuk mengingatnya kelmbali atau merumuskan kembali cita-cita terbesar kalian. Cita-cita yang akan kalian perjuangkan sebelum batas waktu tiba. Hal ini sangat penting, khususnya bagi para pelajar yang masih di bangku sekolah, sangat bodoh jika seorang siswa tak mempunyai cita-cita. Bila cita-cita belum punya, lalu apa artinya belajar di sekolah? Bukankah hasil paling nyata dan proses belajar adalah bisa menyebutkan cita-citanya, mengerti kemana arah yang akan dilewati? Bila setelah selesai sekolah kita tidak tahu akan kemana, maka gagallah semua proses pendidikan kita.


   Merumuskan cita-cita tidak memerlukan biaya. Mulailah rumuskan cita-cita kalian , gambarlah masa depanmu karena suksesnya tidaknya berada pada dirimu bukan orang lain.

Referensi : Buku La Tahzan for Students

0 komentar:

Posting Komentar