Himmah Aliyah adalah kemauan dan cita-cita yang
tinggi. Ibnu Qoyyim berkata, “Himmah adalah pangkal kehendak dan mengkhususkan
pada batas akhir kehendaknya”. Seharusnya, setiap insan memiliki cita-cita
setinggi mungkin, kehendak yang kuat untuk mencapai sesuatu akhir yang
memuaskan.
Himmah aliyah selalu dimiliki oleh
orang-orang sukses. Seorang ustad, kyai, dan ulama yang terkenal alim pasti
memiliki cita-cita yang ia bangun sejak kecil atay mungkin sudah mereka
tekadkan mulai remaja. Cita-cita ini akan membimbingnya mengerjakan segala
sesuatu yang berkaitan erat dengan apa yang ia impikan.
Suatu ketika, Abdullah bin umar, Urwah
bin Az zubair, Mush’ab bin Az Zubair, dan Abdul Malik bin Marwan pernah
berkumpul di halaman ka’bah. Meraka berbincang-bincang tentang impian mereka.
Mush’ab berkata kepadamereka, “Bercita-citalah kalian!” Mereka mengatakan,
“Mulailah ari kamu!” Mush’ab berkata, “Menjadi Gubernur Irak dan menikahi
Sakinah putri Al Husain serta “Aisyah binti Thalhah bin Ubaidillah.” Ternyata,
ia meraih angan-angannya itu, ia memberi mahar kepada masing-masing wanita yang
dinikahinya sejumlah 500 ribu dirham, dan perlengkapan sepeti itu juga.
Sedangkan, Urwah bin Az ubair bercita-cita menguasai fiqh dan meriwayatkan
hadis, ternyata yang ia impikan tercapai. Abdul Malik bercita-cita menjadi
Khalifah, terrnya juga dapat meraihnya. Sedangkan Ibnu Unar menginginkan surga.
Cerita ini menunjukkanbetapa dahsyatnya
cita-cita. Sebuah imoian yang menjadi kenyataan tentu diikuti oleh tindakan
untuk meraihnya. Dan, betapa banyak cerita-cerita kesuksesan lainnya yang
berasal dari HIMMAH ALIYAH, sebuah keinginan, kemauan, kehendak, impian, dan
cita-cita yang tinggi.
Maka, sang pemenang adalah ia yang selalu
memiliki HIMMAH ALIYAH dan mampu memperjuangkannya. Sedangkan, seorang
pecundang adalah ia yang tidak memiliki cita-cita apapun dalam hidupnya atau ia
yang memiliki cita-cita, namun tidak memiliki kemauan untuk mencapainya.
Cita-citanya jatuh pada angan-angan kosong belaka.
Ibarat menaiki sebuah tangga, HIMMAH
ALIYAH adalah tangga pertama. Kesuksesan menaiki sebuah tangga selalu ditandai
oleh kesuksesan menapakkan kaki ditangga pertama. Bila melangkah ketangga
pertama saja tidak mau, apalagi tangga=tangga selanjutnya, yang lebih tinggi
dan menanjak jauh yang membutuhkan tenaga lebih, semangat lebih, dan kemauan
yang lebih besar pula.
Ingatkah ketika orang tua kita menanamkan HIMMAH
ALIYAH ini sejak kecil. Ingatkah ketika kita diajari orang tua kita bila
menjawab sebuah pertanyaan, “Besok kalau sudah besar ingin menjadi apa?”
sebagian kita pasti menjawab, “ingin jadi dokter,” atau, “ingin jadi presiden,”
dan sebagainya.
Itulah pelajaran penanaman cita-cita
pertama yang kita terima dari orang tua dan disekeliling kita. Meskipun saat
kita belum mengetahui apa itu dokter, presiden, guru dan sebagainya. Kita belum
paham pekerjaan mereka dan bagaimana cara untuk menjadi seperti mereka. Kita
ketahui saat kita kecil adalah setiap anak harus mempunyi cita-cita. Bila
ditanya oleh siapa saja dengan lantang kita akan menjawabnya.
Namun, setelah menginjak dewasa, kita
sering lupa semangat dan lantangnya kita dulu. Kita sibuk dengan urusan-urusan
yang lain seperti belajar, bermain, dan melupakan hal yang kecil yaitu
mengingat kembali cita-cita yang diinginka, semakin kita mengingat, semakin
besar pula semangat kita untuk mencapa cita-cita kita.
Bila kalian lupa dengan cita-cita masa
kecil kalian. Mulailah dari sekarang untuk mengingatnya kelmbali atau
merumuskan kembali cita-cita terbesar kalian. Cita-cita yang akan kalian
perjuangkan sebelum batas waktu tiba. Hal ini sangat penting, khususnya bagi
para pelajar yang masih di bangku sekolah, sangat bodoh jika seorang siswa tak
mempunyai cita-cita. Bila cita-cita belum punya, lalu apa artinya belajar di
sekolah? Bukankah hasil paling nyata dan proses belajar adalah bisa menyebutkan
cita-citanya, mengerti kemana arah yang akan dilewati? Bila setelah selesai
sekolah kita tidak tahu akan kemana, maka gagallah semua proses pendidikan
kita.
Merumuskan cita-cita tidak memerlukan
biaya. Mulailah rumuskan cita-cita kalian , gambarlah masa depanmu karena
suksesnya tidaknya berada pada dirimu bukan orang lain.
Referensi : Buku La Tahzan for Students
0 komentar:
Posting Komentar